Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Jumat

2 September 2022

12.20.53
1302591

Ayatullah Reza Ramezani:

Komunitas Muslim Syiah Butuh Rasionalitas, Keadilan dan Kemuliaan Manusia untuk Atasi Kekerasan

Menegaskan bahwa Sidang Ketujuh Majelis Umum Lembaga Internasional Ahlulbait as diadakan dengan mengusung tema, “Ahlulbait as: Poros Rasionalitas, Keadilan dan Kemuliaan", Ayatullah Ramezani mengatakan, “Pemilihan tema ini didasarkan pada kondisi kawasan dan dunia saat ini."

Menurut Kantor Berita ABNA, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as Ayatullah Reza Ramezani, pada acara pembukaan Sidang Ketujuh Majelis Umum Lembaga Internasional Ahlulbait as yang berlangsung Kamis (1/9) di Tehran dalam penyampaian pidatonya mengatakan, “Kehadiran majelis ini adalah salah satu buah dari kemenangan Revolusi Islam Iran di bawah kepemimpinan ulama marja Ayatullah Imam Khomeini (ra) dengan dibentuk atas saran sekelompok ulama dan intelektual dunia Syiah dan dengan persetujuan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Imam Khamenei.”

Dengan melaporkan perkembangan dan kemajuan Lembaga Internsional Ahlulbait as yang telah berdiri selama 32 tahun, Ayatullah Ramezani menambahkan, “Dalam hal ini, saya menghargai upaya semua Sekretaris Jenderal, anggota Dewan Tertinggi dan Dewan Majelis Umum, dan mereka yang terlibat dalam organisasi ini di masa lalu dan sekarang. Periode baru aktivitas majelis, sesuai dengan permintaan dan perintah pemimpin tertinggi revolusi, adalah era transformasi dalam pendekatan, struktur, metode, dan kinerja organisasi global para pengikut Ahlulbait as.” 

Ayatullah Ramezani lebih lanjut menyinggung adanya hambatan dalam pelaksanaan Sidang Ketujuh yang sebelumnya berencana diadakan pada tahun 2019 lalu. Ia berkata, “Sayangnya, karena penyebaran virus corona yang mengancam keselamatan, sidang ketujuh Majelis Umum diadakan dengan penundaan tiga tahun dan akhirnya bisa dilaksanakan sesuai dengan protokol yang diumumkan dan digelar oleh pelaksana.”

“Dengan upaya rekan-rekan semua di markas untuk mengadakan Sidang selama beberapa bulan persiapan dan berusaha untuk mengundang anggota Majelis Umum, alhamdulillah, hari ini, dengan semua kondisi yang ada, kita menyaksikan partisipasi dan kehadiran sejumlah besar anggota Majellis Umum yang berasal dari 117 negara di dunia.” Tambahnya. 

“Bersama dengan undangan lainnya, Sidang Ketujuh secara resmi dibuka hari ini dengan kehadiran tokoh-tokoh penting agama, ilmiah dan budaya dan aktivis ekonomi dari pengikut Ahlulbait as termasuk sekelompok saudari terhormat, dengan kehadiran Presiden Republik Islam Iran yang terhormat.” Tambahnya lagi. 

Ayatullah Ramezani lebih lanjut menyebutkan pembaruan perjanjian dengan cita-cita Imam Khomeini, pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Revolusi dan partisipasi dalam shalat Jumat di Teheran di antara program-program Sidang Ketujuh. Ia menekankan, “Mengadakan komisi regional di tiga wilayah Asia dan Oseania, negara-negara Afrika dan Arab serta Eropa dan Amerika dan jug Komisi Ekonomi Pengikut Ahlulbait as termasuk di antara bagian lain dari Sidang Ketujuh ini.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional ini kemudian berkata, “Mengadakan dua pertemuan khusus untuk akademisi dan wanita, pembukaan Wiki Syiah dalam lima bahasa baru, dan launching kumpulan karya Konferensi Internasional Hazrat Abu Thalib dalam 21 jilid bahasa Persia dan Arab termasuk di antara bagian-bagian lain dari Sidang Ketujuh ini.”

“Pembukaan buku "Sahabat Majelis", peringatan para syahid dan mendiang anggota Majelis, serta pertemuan khusus dengan Menteri Luar Negeri Iran untuk mempelajari perkembangan terbaru di kawasan juga di antara program-program lain dari Sidang Ketujuh ini.” Tambahnya. 

Menegaskan bahwa Sidang Ketujuh Majelis Umum Lembaga Internasional Ahlulbait as diadakan dengan mengusung tema, “Ahlulbait as: Poros Rasionalitas, Keadilan dan Kemuliaan", Ayatullah Ramezani mengatakan, “Pemilihan tema ini didasarkan pada kondisi kawasan dan dunia saat ini. Dunia saat ini, khususnya umat Islam dan komunitas Syiah, membutuhkan rasionalitas, keadilan dan kemuliaan manusia lebih dari sebelumnya untuk mengatasi krisis dan tantangan saat ini. Pendekatan untuk menghadapi upaya Ini adalah sistem dominasi dunia yang ingin mengejar hegemoni unilateralisnya melalui serangan militer dan pendudukan atau mendukung pendudukan, menjarah kekayaan negara dan menyita kehendak independen rakyat.”

“Musuh ingin menciptakan perpecahan antara umat Islam dan kaum tertindas yang menginginkan kebebasan, untuk menghalangi kemajuan bangsa-bangsa, termasuk di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperdalam kesenjangan pembangunan di dunia, untuk menyamaratakan kebodohan dan penyimpangan pemikiran dari dasar-dasar agama, dan untuk mempromosikan kejahatan moral dan prosedur terhadap sifat manusia dan memaksakan hedonisme mutlak di dunia kita.” Jelasnya. 

Ayatullah Ramezani kemudian menunjukkan pendekatan dan tindakan penjajahan terhadap negara-negara Muslim, terutama pengikut Ahlulbait as kerap tidak menuai hasil yang musuh harapkan dengan mengatakan, “Perlawanan dan penentangan terhadap kolonialisme dan imperialisme diilhami oleh kesyahidan Imam Husain as yang merupakan pembawa utama kebebasan dan perjuangan, melawan arogansi dan penindasan di dunia kontemporer.”

“Para pengikut Ahlulbait as bersama dengan orang-orang beriman lainnya dalam Islam Muhammad yang murni, selain membela tanah yang dirampas dan rakyat Palestina yang tertindas dan perjuangan Palestina sebagai isu sentral dunia dan Umat Islam, telah menyaksikan krisis perempuan di kawasan dan dunia, mereka subversif kolonialisme karena tidak mewujudkan kebangkitan bangsa dan persatuan Islam.” Ungkap Ayatullah Ramezani lebih lanjut. 

Ayatullah Ramezani kemudian menunjukkan bahwa salah satu contoh yang jelas dari kolonialisme ini adalah lebih dari satu dekade perjuangan antara kekuatan perlawanan dan arus radikal, takfiri dan teroris. Ia menambahkan, “Arus ini dengan menciptakan perang dan pertumpahan darah brutal dan pembunuhan berdasarkan identitas dan agama, tidak lain adalah langkah-langkah untuk kepentingan proyek Zionis dan AS.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menyatakan, “Biaya perang dan pertumpahan darah telah dibayarkan oleh anak-anak yatim keluarga Muhammad saw di negara-negara kawasan, terutama Libanon, Suriah, Irak , Bahrain, Yaman, dan bahkan Kashmir, Afghanistan, dan Pakistan. Tanah Irak, yang menampung tempat-tempat suci Ahlulbait as dan populasi besar pengikutnya, hari ini berada dalam demam perselisihan dan kekacauan dan mengabaikan mekanisme hukum dan hak konstitusional, dan akibat keserakahan musuh untuk kembali ke masa lalu dan era kediktatoran sedang membara.”

Ayatullah Ramezani menyatakan bahwa orang-orang yang tertindas dan anak-anak Yaman yang tidak bersalah menderita kemiskinan dan kelaparan dan kehilangan nyawa mereka dan orang-orang yang mereka cintai sebagai akibat dari perang dan  invasi militer yang berkelanjutan, dan mengklarifikasi bahwa warga Bahrain dan Afghanistan masih berusaha untuk mencapai hak-hak kewarganegaraan mereka dan mencapai keadilan dan martabat. 

Ayatullah Ramezani lebih lanjut menyatakan bahwa di Kashmir dan Pakistan, kaum Syiah masih rentan terhadap kekerasan dan penggunaan kekuatan dan tindakan destruktif kelompok takfiri. Ia berkata, “Republik Islam Iran juga yang merupakan salah satu pemimpin gerakan perlawanan terhadap penindasan, arogansi dan pendudukan juga tidak lepas dari berbagai kesulitan dengan dipaksakannya blokade ekonomi paling kejam dalam sejarah.”

Sekjen Lembaga Internasional Ahlulbait as dalam lanjutan penyampaiannya menambahkan, “Jika upaya yang dilakukan untuk membangun kekuatan, kesepakatan regional dan melawan ancaman dengan menciptakan daya tangkal, tidak diragukan lagi, Republik Islam Iran tidak akan memiliki nasib yang lebih baik daripada negara lain yang menghadapi tantangan yang sama.”

Ayatullah Ramezani lebih lanjut menunjuk pada serangan terorganisir dan perang lunak global, menekankan penargetan dunia Islam dan Syiah untuk menghancurkan atau melemahkan iman generasi saat ini, terutama kaum muda. Ia berkata, “Kolonialisme Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat tahu betul bahwa dengan runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin dan upaya untuk menciptakan dunia unipolar melalui penerapan pemerintahan Amerika sepihak, dunia Islam adalah satu-satunya yang menentang ekspansionisme, otokrasi dan rasa pembenaran diri dan kelanjutan dari penjarahan kekayaan bangsa.”

Ayatullah Ramezani menunjuk pada netralisasi konspirasi dan operasi musuh di lapangan karena keberhasilan poros perlawanan berkata, “Hari ini, distorsi identitas agama dan nasional, promosi kesenangan dan kekacauan, pergaulan bebas, narkoba, homoseksualitas, serangan tentang keyakinan dan prinsip dan aturan agama penyebaran ateisme dan sekularisme dan konfrontasi kembalinya agama ke bidang masyarakat, pemerintah dan hubungan internasional adalah salah satu dimensi terpenting dari perang lunak yang dilancarkan musuh pada dunia Islam.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menunjukkan bahwa penggunaan semua fasilitas media tradisional dan modern dari ruang virtual, jaringan sosial, penciptaan pusat penelitian dan tentara cyber untuk memperdalam kesenjangan antara orang dan yayasan-yayasan keagamaan secara luas sedang berlangsung. “Tindakan ini dilakukan dengan tujuan menanamkan nilai-nilai Barat dan kolonial dan dengan demikian mencegah setiap gerakan yang membahayakan kepentingan kapitalis Barat.” Ungkapnya.

“Menghadapi ancaman-ancaman berikut kemenangan lapangan dan kekalahan konspirasi musuh yang muncul dari tangan Zionisme internasional, kelompok takfiri, dan arus kompromi dan normalisasi hubungan dengan musuh Zionis hanya dapat dihadapi dengan memperdalam kesadaran dan tanggung jawab dari semua Muslim dan mereka yang mengikuti jalan Ahlulbait as.” Tambahnya. 

Menunjukkan bahwa musuh mencoba memaksakan kebodohan, yang merupakan momok dan ancaman terbesar bagi umat manusia dan masyarakat Islam saat ini, pada bangsa-bangsa, Ayatullah Ramezani berkata, “Program musuh ini menggandakan tugas kita, karena para pemimpin gerakan pembebasan yang bertanggung jawab untuk memberantas kejahilan yang berbahaya seperti itu telah mengorbankan hidupnya untuk menghidupkan kembali jalan kebenaran.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as kemudian  menunjukkan bahwa perkembangan dunia kontemporer tidak eksklusif dalam bidang politik dan tekhnis, melainkan bahwa agama direkayasa untuk tidak memiliki tempat di arena sosial dan internasional dan dibuat untuk secara khusus eksklusif hanya untuk arena ritual dan kewajiban individu saja.

Ayatullah Ramezani menyebutkan keraguan dan menanamkan ketidakpercayaan pada dimensi peradaban dan sosial agama sebagai program dari musuh dengan menekankan, “Inilah sebabnya hari ini, meningkatkan wawasan adalah metode terbaik untuk menghidupkan kembali kebesaran dan kemuliaan Islam dan memenuhi kehendak Allah Swt untuk meninggikan firman Tuhan.”

“Tujuan Jihad Penjelasan, dalam kata-kata Pemimpin Tertinggi Revolusi, adalah pengembangan universal ruang lingkup wawasan keagamaan bagi seluruh umat Islam.” Tambahnya. 

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini melanjutkan dengan mencontohkan bahwa menghidupkan kembali kejayaan dan kebesaran Islam dan ummat Islam dengan tekad yang kuat dari kita semua umat Islam dan para pengikut mazhab Ahlulbait as dalam memperdalam kesadaran pertumbuhan ilmiah dan peningkatan wawasan dalam menghadapi perang lunak, dengan berkata, “Republik Islam Iran Dengan pertumbuhan produksi ilmu pengetahuan dan teknologi, bergerak menuju swasembada dan kemerdekaan dan membangun kekuatan, telah mampu mencegah kemajuan musuh di berbagai bidang.”

Ayatullah Ramezani menyatakan, “Lembaga Internsional Ahlulbait s telah memulai rencananya untuk menciptakan transformasi di segala bidang, yang pada akhirnya harus mengarah pada transformasi dalam komunitas Syiah. Kita berjabat tangan dan bekerjasama dengan semua ulama, elit dan aktivis dalam berkomitmen untuk mempresentasikan pandangan bersam untuk mencapai tujuan Lembaga Internasional Ahlulbait as. Harapan kita dari pertemuan internasional ini adalah mendapat manfaat dari kerjasama yang terjalin ini.”

Ayatullah Ramezani kemudian menegaskan, “Tidak diragukan lagi, kerjasama dan sinergi dan partisipasi semua ini dapat membuka jalan menuju terwujudnya peradaban Islam baru, yang merupakan peradaban ilahi, manusiawi dan inklusif yang mempersiapkan munculnya penyelamat dunia manusia.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menambahkan, “Alat dan perangkat lunak gerakan ini adalah penelitian gaya hidup Islam berdasarkan ajaran dan bimbingan para Imam Maksum as.”

Menunjukkan bahwa mempromosikan gaya hidup Islami yang digali dari ajaran Ahlulbait as dan bekerjasama dalam pemberdayaan umat Islam serta kewaspadaan dalam menghadapi tantangan dan ancaman, Ayatullah Ramezani menyebutnya sebagai tujuan bersama dalam Sidang Ketujuh yang akan menghasilkan rumusan-rumusan asas dan tekhnis untuk secara praktis dijalankan dalam agenda dan program-program kerja Lembaga Internasional Ahlulbait as. 

Pada bagian akhir sambutannya, Ayatullah Ramezani berkata, “Saya berharap semua cendekiawan, pemikir, dan tamu Sidang Ketujuh ini akan menambah kekayaan pencapaian Lembaga Internasional Ahlulbait as dengan kehadiran mereka yang terus-menerus dan aktif di Sidang Ketujuh ini.”

Dalam acara yang dihadiri oleh para duta besar dari beberapa negara Islam dan perwakilan dari ulama marja dan tokoh agama dan budaya terkemuka dari 117 negara diagendakan berlangsung selama tiga hari dari 1-3 September 2022. 

Penyelenggaraan Komisi Lembaga Ahlulbait dan para mubaligh, pertemuan membahas transformasi kawasan dengan pidato menteri luar negeri Iran, komisi ekonomi pengikut Ahlulbait, komisi komunikasi dan komisi media serta dunia maya, penyelenggaraan pertemuan keluarga dan perempuan serta pertemuan para mahasiswa, termasuk agenda sidang ketujuh Lembaga Internasional Ahlulbait as pada hari pertama dan kedua.  

Disebutkan Pada hari ketiga Sabtu pagi (3/9), diagendakan para peserta Sidang Majelis Umum bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Uzhma Sayid Ali Khamanei dan pada acara penutupan akan dihadiri oleh Ketua Parlemen Iran Dr. Qalibaf.  Pada Minggu (4/9) para peserta akan menziarahi Haram Imam Ridha as di kota Masyhad sebelum kembali ke daerah asal masing-masing.