Menurut Kantor Berita ABNA, China Military Online, Senin (9/5/2022) menulis, pemerintah berkuasa AS dengan menyadari kegagalan kebijakan pemerintahan terdahulu terkait Iran, sekarang berusaha kembali ke kesepakatan nuklir, JCPOA.
Akan tetapi, imbuhnya, alih-alih mengkaji secara penuh beberapa tuntutan legal dan rasional Iran, AS malah menerapkan sanksi yang lebih besar terhadap Tehran, selama perundingan nuklir berlangsung, dan mengancam akan menyusun kesepakatan baru pengganti JCPOA.
"Hal ini membuat masyarakat internasional bertanya-tanya apakah AS memang jujur ingin kembali ke JCPOA atau punya keberanian untuk mengambil keputusan semacam ini, karena sampai sekarang terus menggunakan kebijakan sanksi dan tekanan," paparnya.
Menurut situs Cina ini, salah satu masalah penting dalam perundingan nuklir adalah tuntutan Iran untuk menghapus nama IRGC dari daftar organisasi teroris asing AS.
Pasalnya, imbuh China Military Online, IRGC adalah kekuatan pertahanan nasional Iran, tapi dimasukan ke daftar organisasi teroris AS, sehingga sulit untuk mempercayai bahwa AS benar-benar bermaksud menghentikan kebijakan keliru terkait tekanan keras atas Iran. (HS)
342/