Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Jumat

10 Desember 2021

16.43.43
1207153

Pasukan Cina melakukan latihan yang melibatkan pesawat pengebom Xian H-6 di perairan dekat Taiwan. Mereka berlatih menembakkan rudal dari pesawat pengebom dan pemasangan ranjau laut di perairan dalam Laut Cina.

Menurut kantor berita Ahl al-Bayt (AS) - ABNA , Amerika Serikat mengkawatirkan kekuatan ekonomi Cina yang terus tumbuh, dan situasi ini diprediksi akan memaksa Washington untuk menyerahkan status kekuatan hegemoni global ke Beijing dalam waktu yang tidak lama lagi. Oleh karena itu, AS secara agresif memanfaatkan posisi Taiwan untuk menekan Cina.

AS, khususnya sejak era kepemimpinan Donald Trump, mengejar tiga agenda yaitu mengembangkan kerja sama militer, menjual senjata dan peralatan tempur canggih, dan mendukung kelompok pro-kemerdekaan di Taiwan.

Namun, Cina sangat peka dengan masalah Taiwan dan menganggap pulau itu sebagai bagian integral dari wilayahnya. Pemerintah Beijing selain memperingatkan Washington tentang konsekuensi dari setiap dukungan untuk kemerdekaan Taiwan, juga berusaha menunjukkan kekuatannya untuk menghadapi keputusan Taiwan jika mendeklarasikan kemerdekaannya.

Profesor Shi Yinhong, pakar hubungan internasional dari Universitas Renmin di Beijing, percaya bahwa AS secara resmi belum mengumumkan penggunaan kekuatan untuk melindungi Taiwan, tetapi kesamaran dalam masalah ini agak berkurang dan secara signifikan mulai terlihat lebih jelas.

Dalam sebuah propaganda anti-Cina, para pejabat politik dan militer AS baru-baru ini memperingatkan kemungkinan serangan Cina ke Taiwan.

Namun, Cina bersikeras pada penggunaan instrumen diplomatik untuk mempertahankan Taiwan dan menekankan bahwa solusi apa pun untuk mencegah Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan dan menghalangi dukungan AS, ada di atas meja.

Latihan militer Cina di dekat perairan Taiwan bukan hanya peringatan serius kepada pemerintahan pulau itu dan kelompok pro-kemerdekaan, tetapi juga pesan kepada Washington bahwa pemerintah Cina siap menghadapi intervensi militer AS dalam urusan internalnya.

Michael D. Swaine, seorang pengamat politik, menuturkan masalah Taiwan pada akhirnya dapat menjadi contoh lain dari apa yang sering ditunjukkan oleh sejarah. Tindakan yang awalnya dimaksudkan untuk mencegah ancaman yang dirasakan dan salah perhitungan sebenarnya berakhir dengan memprovokasi konflik, karena gagal memberikan jaminan yang kredibel dan eksplisit.

Bagaimanapun, Amerika Serikat, selain Taiwan, mencoba untuk menguasai perairan internasional dan selat strategis seperti Selat Malaka, untuk mengendalikan jalur kapal dagang dan mencegah Cina memperluas kekuatan angkatan lautnya.

Oleh karena itu, Cina juga menyusun agenda untuk memperkuat kekuatan angkatan lautnya guna meningkatkan daya tangkal terhadap kemungkinan invasi AS sehingga mereka dapat melindungi keamanan perairannya dan juga Taiwan. (RM)

342/