Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Sabtu

7 Agustus 2021

12.03.12
1167252

Mengenal Coronasomnia, Susah Tidur Saat Pandemi

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta menunjukkan kabar baik dengan mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Jumlah kasus harian per Jumat (6/8/2021) di DKI menyentuh angka 2.185 kasus.

Menurut Kantor Berita ABNA, Jumlah kasus aktif di DKI juga menurun dengan 12.787 pasien COVID-19 yang masih dirawat. Jumlah kasus aktif di DKI masih yang terendah di Jawa, misalnya Jawa Barat (107.907), Jawa Timur (46.978), dan Jawa Tengah (45.972).

Sebagai perbandingan, DKI memiliki kasus harian terendah dibandingkan tiga daerah di pulau Jawa pada Jumat (6/8/2021). Posisi pertama ditempati oleh Jawa Barat dengan 4.580 kasus, Jawa Timur 4.490 kasus, Jawa Tengah 3.022 kasus.

Sekalipun demikian, penurunan kasus ini tidak boleh membuat masyarakat lalai, karena COVID-19 terus mengintai dan harus tetap menjaga protokol kesehatan.

Dominasi Varian Delta

Saat ini, varian Delta (B1617.2) mendominasi penularan COVID-19 di dunia. Varian yang pertama kali terdeteksi di India ini disebut sangat berbahaya dan lebih menular dibandingkan varian aslinya.

Jika varian Delta sudah mendominasi di dunia, masih mungkinkah herd immunity dicapai dengan vaksinasi?

Herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan salah satu cara yang bisa membantu melindungi dan mengurangi penularan di populasi manusia. Hal itu bisa terbentuk saat persentase tertentu dari populasi sudah divaksinasi atau memperoleh kekebalan dari infeksi sebelumnya.

Menurut Infectious Disease Society of America, penyebaran varian Delta telah menyebabkan perubahan pada ambang batas herd immunity. Jika sebelumnya hanya butuh 60-70 persen populasi, kini menjadi 80 hingga 90 persen untuk bisa mencapai herd immunity.

Apa Itu Coronasomnia?

Saat seseorang terpapar COVID-19 tubuh biasanya mengalami gejala demam, flu, batuk, hingga sesak nafas. Tidur pun juga turut terganggu. Saat seseorang susah tidur itulah terjadi Coronasomnia atau Covidsomnia. Apa itu Coronasomnia atau Covidsomnia?

Dokter spesialis kejiwaan dari RSU dr Soetomo, dr Yunias Setiawati SpKJ, menjelaskan insomnia adalah gangguan tidur. Tetapi jika Coronasomnia atau Covidsomnia yakni gangguan tidur karena tekanan pada situasi pandemi COVID-19.

"Coronasomnia ini gangguan tidur akibat tekanan para kondisi pandemi COVID-19 ini. Dan itu menyerang di segala usia," kata dr Yunias mengutip Detik, Sabtu (07/08/2021).

Hal ini bisa terjadi karena kondisi diri sedang dalam tekanan atau cemas. Datangnya kecemasan itu bisa dari internal maupun eksternal.

"Salah satunya perubahan kehidupan yang dulunya teratur sekarang apa-apa harus lewat virtual, terutama PPKM tidak bisa bergerak. Tekanan dalam pekerjaan, perubahan tubuh, juga kehilangan orang-orang yang dicintai. Biasanya karena cemas, depresi, ketakutan. Dan paparan berita yang membuat cemas," jelasnya.

Saat orang tidur, kata Yunias, biasanya ada irama sirkadian. Tetapi, karena Corona semua menjadi cemas. Irama sirkadian atau ritme sirkadian adalah istilah yang digunakan untuk mengatur kebiasaan fisiologis atau kegiatan yang dilakukan setiap hari.

"Nah itu bisa internal dari dalam dirinya, memang orang itu pencemas atau sedang menderita Corona. Biasanya kan ada gejala long COVID-19, salah satunya tidak bisa tidur," tuturnya.

342/