Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : parstoday
Senin

31 Mei 2021

08.28.30
1146096

Jokowi: Proteksionisme Berkedok Isu Lingkungan Harus Dihindari

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato secara virtual pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) P4G, Partnering for Green Growth and Global Goals 2030, yang digelar di Korea Selatan, Minggu, seperti ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/05/2021).

Menurut Kantor Berita ABNA, Presiden Joko Widodo mendorong inisitaif P4G (Partnering for Green Growth and Global Goals 2030) untuk melakukan langkah luar biasa dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

"Inisiatif P4G Partnering for Green Growth and Global Goals 2030 tidak bisa dilakukan dengan ‘business as usual’. Kita harus melakukan dengan cara-cara yang luar biasa. Kemitraan antarpemangku kepentingan adalah kunci untuk memastikan aktivitas perekonomian, produksi, dan konsumsi dilakukan secara berkelanjutan," ujar Presiden Joko.

Ancaman perubahan iklim dan pandemi Covid-19 mengingatkan seluruh negara untuk lebih serius dalam mengembangkan pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berketahanan.

Untuk itu, inisiatif P4G 2030 tidak bisa dilakukan dengan biasa-biasa saja, melainkan harus dengan cara yang luar biasa.

Proteksionisme Tidak Boleh Berkedok Isu Lingkungan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai proteksionisme yang berkedok lingkungan perlu dihindari. Jokowi mengatakan indikator pro-lingkungan harus dijalankan secara transparan.

Atas hal itu, Jokowi menyodorkan tiga hal fundamental yang perlu dilakukan demi pembangunan hijau di tataran global.

Pertama, Jokowi mengajak semua pihak untuk mewujudkan enabling environment yang mendorong sinergi antara investasi dan penciptaan lapangan kerja dengan pembangunan hijau.

"Indonesia telah menerapkan perencanaan pembangunan rendah karbon yang menjadi bagian tak terpisahkan dari rencana pembangunan jangka menengah nasional. Indonesia juga telah meluncurkan Undang-Undang Cipta Kerja sebagai wujud komitmen Indonesia agar kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat tidak merugikan lingkungan," jelasnya.

Kedua, Jokowi mendorong inovasi dalam memobilisasi sumber daya pendukung bagi pertumbuhan hijau. Jokowi menekankan mengenai pentingnya dukungan pendanaan dan transfer teknologi.

Menurut Presiden Jokowi, ketersediaan dukungan pendanaan dan transfer teknologi merupakan kunci sukses bagi pembangunan hijau, bagi netralitas karbon. Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi.

"Indonesia tengah mengembangkan kawasan industri hijau terbesar di dunia, di Kalimantan Utara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan. Indonesia juga memiliki visi untuk membangun pasar karbon dan akan menjadi pemilik stok karbon terbesar di dunia," imbuhnya.

Pada poin ketiga, barulah Jokowi berbicara mengenai proteksionisme yang berkedok isu lingkungan. Jokowi menegaskan penguatan kerja sama yang konkret sangat penting dalam pembangunan hijau.

"Kerja sama dan upaya bersama untuk menyelesaikan masalah bersama menjadi syarat fundamental bagi kesuksesan ekonomi hijau, apalagi di saat dunia dalam masa pemulihan pandemi sekarang ini. Dan saya tegaskan bahwa Indonesia berkomitmen tinggi untuk bersama-sama dunia mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berketahanan," pungkasnya. (Antaranews/Detik)

342/