Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Rabu

7 Oktober 2020

09.57.35
1076372

Mencermati Transformasi Keamanan di Irak

Irak selama beberapa pekan terakhir menyaksikan beragam serangan ke Kedutaan Besar Amerika dan juga serangan Washington terhadap Hashd al-Shaabi.

Menurut Kantor Berita ABNA, Ada dua pandangan mengenai transformasi keamanan terbaru di Irak:

Pertama, sejumlah kelompok yang baru dibentuk dan di bawah Hashd al-Shaabi adalah pelaku serangan ke Kedubes Amerika. Alasan pandangan ini adalah Amerika meneror Syahid Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis di Irak.

Dari sisi lain, Iran menilai pengusiran militer Amerika dari Irak sebagai balas dendam atas teror terhadap Syahid Soleimani dan dari sisi lain, faksi muqawama Irak menganggap langkah Amerika sebagai pelanggaran nyata terhadap kedaulatan Irak serta menekankan penarikan pasukan Amerika dari negara mereka.

Mengingat kondisi ini, sejumlah pihak menyebut serangan terhadap pangkalan militer dan Kedubes Amerika dilakukan oleh faksi muqawama dengan harapan Amerika terpaksa menarik pasukannya dari Irak ketika serangan semakin gencar. Pandangan ini juga memiliki pendukung di pemerintah Irak sendiri.

Sekaitan dengan ini, Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein baru-baru ini berkunjung ke Tehran dan meminta Republik Islam Iran mendesak faksi yang dekat dengannya untuk menghentikan serangan terhadap Amerika, namun Tehran seraya menepis pandangan ini menyatakan tidak melakukan intervensi di urusan internal Irak.

Kedua, berdasarkan apa yang tengah terjadi di Irak dan serangan terhadap lokasi diplomatik negara lain dilakukan oleh orang-orang bayaran Amerika Serikat. Pendukung pandangan ini menyatakan bahwa Amerika mencari alasan untuk melanjutkan kehadiran ilegalnya di Irak dan mengabaikan keputusan dan tuntutan mayoritas rakyat negara ini untuk menarik pasukannya dari Irak.

Sekaitan dengan ini, pada pendukung pandangan ini menyatakan, anasir bayaran dalam negeri melancarkan serangan ini sehingga dari satu sisi, posisi faksi muqawama di mata rakyat semakin buruk dan mencitrakan bahwa faksi muqawama sebagai pemicu instabilitas di negara ini. Dan dari sisi lain, akan terjadi perpecahan antara pemerintah Irak saat ini dan faksi muqawama serta friksi ini akan semakin kuat.Terkait hal ini, beredar desas desus mengenai kudeta militer yang berafiliasi dengan faksi muqawama terhadap pemerintah Mustafa al-Kadhimi.

Kazem al-Fartusi, juru bicara Kata'ib Sayyid al-Shuhada (KSS) Irak yang berafiliasi dengan Hashd al-Shaabi mengatakan, "Ada bukti yang menunjukkan bahwa serangan roket terhadap lokasi diplomatik termasuk Kedutaan Besar Amerika di Irak dilakukan oleh anasir bayaran Washington, karena Amerika ingin merusak kondisi Irak dan mempengaruhi opini publik di negara ini."

Abu Ali al-Basri, deputi operasi kepala staf Hashd al-Shaabi seraya mengisyaratkan bahwa serangan roket ke sejumlah pangkalan militer dan berbagai tempat di Baghdad dilakukan sebagai alasan bagi kelanjutan kehadiran ilegal militer AS di Irak menekankan, Hashd al-Shaabi sebagai pasukan resmi di bawah perintah panglima tinggi angkatan bersenjata Irak, tidak terlibat di serangan ke kedubes dan tidak menyusun rencana serangan tersebut."

Poin terakhir adalah meski faksi muqawama menolak kehadiran militer Amerika di Irak, dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara ini serta melancarkan serangan ke pangkalan militer Amerika di Irak, namun mereka menolak tudingan sebagai pelaku serangan ke pusat diplomatik.

Sepertinya apa yang tengah terjadi di Irak saat ini ditujukan untuk merusak citra faksi muqawama dan mempengaruhi pemilu parlemen Juni 2021 di negara ini. (MF)

342/