Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Islam Indonesia
Minggu

8 Mei 2016

18.29.41
752997

Mengenal Sadiq Khan, Walikota London Terpilih 2016

“Hidup saya bukan semata-mata politik. Saya juga banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan untungnya saudara-saudari saya masih tinggal dekat dengan saya di London Selatan jadi saya cukup banyak waktu bertemu mereka."

Menurut Kantor Berita ABNA, untuk pertama kalinya dalam sejarah ibu kota keuangan Eropa, London, dipimpin oleh seorang Muslim, Sadiq Khan setelah meraih kemenangan dalam pemilihan walikota, Jumat 6/5. Sadiq akan menggantikan walikota sebelumnya Boris Johnson sekaligus menjadi Muslim kedua di Eropa yang menjabat walikota setelah sebelumnya Ahmed Aboutaleb di Rotterdam, Belanda.

Lahir di London, Inggris, pada 8 Oktober 1970 dari orang tua berkebangsaan Pakistan yang telah hijrah ke London sejak tahun 1960-an. Di kota besar itu, kisah anak kelima dari 8 bersaudara ini, dapat memberi inspirasi. Ayahnya, Amanullah Khan, bekerja sebagai supir bis selama 25 tahun. Dengan upah kerja kerasnya itu, orang tuanya bisa menabung hingga dapat memiliki tempat tinggal pribadi di London.

“Saya lahir di London dan telah hidup di sini sepanjang hidup saya. Istri saya orang London juga. Di kota ini, kami membesarkan kedua putri kami,” katanya mengisahkan masa lalunya di situs sadiq.london yang dikelolanya.

Di ibu kota Inggris dan Britania Raya ini, Sadiq tumbuh dewasa hingga meraih gelar sarjana hukum di Universitas London Utara. Ketujuh saudaranya pun demikian. Mereka sejak kecil menempuh pendidikan di sekolah negeri dan dengan segala keterbatasan ekonomi, akhirnya bisa menempuh ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pria yang sejak sekolah telah bekerja sambilan di akhir pekan atau musim panas sebagai buruh bangunan ini mengaku bisa berjuang untuk hidupnya juga karena kegigihan kedua orang tuanya.

“Saya diapit oleh ibu dan ayah saya yang waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja, hingga akhirnya saya pun ikut bekerja.”

Lepas meraih sarjana hukum, Sadiq aktif sebagai advokat hak asasi manusia dan membantu masyarakat, termasuk sejumlah karyawan perusahaan, yang diperlakukan diskriminatif. Pengalaman di lapangan ini membuat Sadiq mendapat banyak pelajaran, khususnya dampak dari kebijakan diskriminatif bagi kehidupan banyak orang. “(Fenomena) ini membuat saya tergerak untuk melawan (diskriminasi) dimanapun saya melihatnya,” katanya.

Pria yang bernama lengkap Sadiq Aman Khan ini juga pernah bekerja sebagai kanselir di London Borough of Wandsworth sejak 1994 hingga 2004. Pada masa ini, Sadiq mempersunting Saadiya Ahmed sebagai istri. Dari pernikahan mereka, lahirlah Anisah (1999) sebagai anak pertama dan kedua, Ammarah (2001). Mengikuti pemilu Britania Raya 2005, Sadik kemudian terpilih sebagai anggota parlemen dari wilayah Tooting.

“Ini adalah momen paling bahagia dalam hidupku. Menjadi wakil rakyat dari daerah dimana Anda tumbuh merupakan suatu keistimewaan dan saya telah mengalaminya,” katanya.

Tiga tahun setelah menjabat sebagai anggota dewan daerah, pada 2008 diangkat oleh Perdana Menteri Gordon Brown sebagai Menteri Negara untuk Komunitas. Dengan pengangkatan ini, Sadiq adalah orang kedua keturunan Pakistan-Britani yang menjabat di pemerintahan. Dengan jabatan ini, Sadik bersama orang-orang dari berbagai keyakinan menanggulangi sejumlah persoalan kerukunan, kesetaraan, termasuk masalah islamophobia.

images

Setahun kemudian, pria yang kini berusia 45 tahun ini dipercaya sebagai Menteri Negara urusan Transportasi. Di kementerian ini, Sadik merupakan Muslim pertama dan keturunan Asia pertama yang dipercaya untuk membantu pemerintahan memastikan terwujudnya proyek vital berupa transportasi di pusat keuangan Inggris ini. Meskipun sempat menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi, Sadiq membantah bahwa hari-harinya hanya disibukkan oleh rutinitas di lingkaran kekuasaan.

“Hidup saya bukan semata-mata politik. Saya juga banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan untungnya saudara-saudari saya masih tinggal dekat dengan saya di London Selatan jadi saya cukup banyak waktu bertemu mereka,” katanya

Pada 11 Mei 2015, Sadiq mundur dari kabinet pemerintahan untuk mencalonkan diri sebagai walikota London. Empat bulan kemudian, penggemar sepak bola dan tinju ini resmi diusung oleh partai Buruh untuk bertarung di pemilihan walikota melawan sejumlah kandidat, termasuk rival beratnya sang Milyader Zack Goldsmith dari kubu Konservatif. Kantor berita AFP mencatat, akibat kampanye hitam dan SARA yang ditujukan kepadanya, tidak sedikit warga London -khususnya dari kalangan minoritas -beralih memilih Sadiq. Setelah mencapai hasil hitung 100%, anak sang supir bis ini akhirnya dipastikan menduduki jabatan walikota London periode berikutnya setelah meraih 56,8 % suara. []