Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Kamis

9 Januari 2025

18.21.32
1521581

Imam Khamenei: AS Mau Iran yang Patuh, Anti-Rakyat, Terbelakang dan Ikuti Budaya Barat

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, bertepatan dengan peringatan 19 Dey, Hari Kebangkitan Rakyat Qom, dalam melawan Rezim diktator Pahlavi, bertemu dengan masyarakat kota ini.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (8/1/2025) dalam pertemuan ini mengatakan bahwa 46 tahun kesalahan kalkulasi dan kebijakan-kebijakan keliru Amerika Serikat terkait Iran, adalah kelanjutan dari kesalahan kalkulasi dalam menganalisa Kebangkitan 19 Dey.

Imam Khamenei, menyinggung lawatan Jimmy Carter, mantan Presiden AS pada 31 Desember 1977 ke Tehran, dan pujian bohong terhadap Shah Iran, serta klaimnya bahwa Iran di bawah Pahlavi, adalah “pulau yang stabil”.

Ia menambahkan, “Iran tahun 1977 dianggap oleh Carter sesuai dengan keinginan AS. Dari sisi kebijakan luar negeri patuh mutlak pada AS, dan menjamin kepentingan mereka, dari sisi kebijakan dalam negeri melakukan penindasan total terhadap gerakan-gerakan oposisi, bahkan terhadap mereka yang berbeda dengan rezim, dari sisi ekonomi memiliki pendapatan besar dari minyak namun sangat berbasis kelas, dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, terbelakang, dan dari sisi budaya adalah negara yang di dalamnya budaya rusak, tidak senonoh, dan vulgar Barat, setiap hari terus meluas.”

Ayatullah Khamenei, menegaskan, “Kebangkitan 19 Dey telah melepaskan ‘Iran yang sesuai keinginan AS’ dari cengkeraman mereka, tapi AS tetap mengharapkan Iran yang seperti itu, namun seperti juga telah dikubur oleh Carter, harapan itu juga akan dikubur oleh orang Amerika yang lain.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, menganggap pelajaran kedua dari Kebangkitan 19 Dey adalah terungkapnya kesalahan kalkulasi AS, dan terbuktinya ketidakmampuan mereka dalam memahami realitas-realitas Iran.

  Rahbar, menyerupakan kemenangan Revolusi Islam yang lahir dari jantung “benteng terpenting kubu arogansi”, dengan diasuhnya Nabi Musa as, di istana Firaun. “Orang-orang Amerika tertidur, dan Revolusi Islam muncul dan mendidih dari benteng kukuh kepentingan AS, sebagaimana juga Firaun, lalai ketika Nabi Musa as tumbuh dan dibesarkan di rumahnya,” ujar Ayatullah Khamenei. Ia melanjutkan, “AS bermaksud menundukkan perekonomian Iran, dengan sanksi, tapi bangsa Iran, dalam sanksi, dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mencapai kemajuan terbesar, dan para pemuda yang siap bekerja terjun ke lapangan di berbagai arena.” Pada saat yang sama, Ayatullah Khamenei, menyinggung peningkatan ribuan kali penggunaan perangkat lunak propaganda oleh AS untuk mengukuhkan hasil-hasil penggunaan perangkat keras.

  “Di Gaza, puluhan ribu manusia dibantai, tapi mereka tidak berhasil menumpas perlawanan dengan perangkat keras. Di Lebanon, mereka meneror orang seperti Sayid Hassan Nasrullah, dan komandan yang lain, tapi Hizbullah tidak hancur, dan tidak akan pernah hancur,” imbuhnya. Ayatullah Khamenei, di bagian lain pidatonya menyebut Iran, sebagai benteng strategis di dunia karena mendapatkan anugerah-anugerah bernilai seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang lebih canggih dari rata-rata dunia, dan terletak di posisi geografis yang baik dan geografi politik yang sensitif. Di sisi lain, Rahbar menyinggung statemen beberapa orang yang mempertanyakan mengapa Republik Islam Iran, tidak bersedia berunding dan menjalin hubungan dengan AS, padahal berhubungan dengan negara-negara Eropa dan mengizinkan Kedubes-Kedubes mereka beroperasi di Tehran. Ia menegaskan, “Iran sebelum Revolusi Islam, berada di bawah kekuasaan AS, tapi Revolusi Islam telah menyebabkan aset besar politik dan ekonomi ini dilepaskan dari cengkeraman AS, maka dari itu dendam mereka terhadap Revolusi Islam adalah dendam kesumat, dan ini jauh berbeda dengan negara-negara Eropa.”

  Rahbar menilai pesan Imam Khomeini, setelah Kebangkitan 19 Dey, dan kabar gembira kemenangan untuk rakyat Iran, adalah contoh dari perhatian besar beliau terhadap pentingnya harapan. “Siapa di hari itu yang percaya tentang kemenangan Revolusi ketika Imam Khomeini memberikan kabar gembira kemenangan kebangkitan, dan sebuah kekuatan besar semacam Republik Islam akan muncul di kawasan ini yang mencegah banyak agresi dan tujuan-tujuan keji Barat? Siapa yang percaya suatu hari akan terjadi di negara-negara Barat, bahkan di AS sendiri, bendera Amerika dibakar?,” papar Ayatullah Khamenei. Di akhir pidatonya, Imam Khamenei, menekankan bahwa peristiwa-peristiwa di kawasan Asia Barat termasuk Suriah, tidak boleh menyebabkan isu Palestina memudar. “Sumber asli perlawanan adalah perjuangan menghadapi gerakan keji Rezim Zionis,” tegasnya. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa perlawanan tetap hidup, dan akan semakin kuat dari hari ke hari. “Kami akan mendukung perlawanan di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Yaman, dan perlawanan terhadap Rezim Zionis di mana pun,” pungkasnya. (HS)

342/