Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Selasa

7 Januari 2025

18.20.06
1521019

Apa Rencana Trump dan Musk untuk Eropa, Mengganggu atau Merebutnya?

Mungkin beberapa minggu terakhir adalah puncak ketegangan dan konflik lisan antara Amerika Serikat, dan Eropa yang jarang terjadi sebelumnya.

Dari satu sisi Presiden terpilih AS berusaha merebut wilayah Kanada, dan kepulauan Greenland, milik Denmark, di sisi lain Elon Musk, salah satu orang terdekat Presiden terpilih AS, berusaha menjatuhkan pemerintahan Jerman dan Inggris.

Elon Musk, bahkan lebih jauh melangkah, di media sosial X, ia menggelar sebuah jajak pendapat yang mempertanyakan apakah AS akan menyelamatkan rakyat Inggris dari pemerintahan tirani negara ini atau tidak. Musk, menyindir pemerintahan Partai Buruh Inggris.

Sebaliknya para pemimpin Eropa mulai dari Jerman, Inggris hingga Prancis, mengecam keras intervensi Elon Musk, dalam urusan internal mereka, dan upayanya untuk mempengaruhi hasil pemilu di negara-negara itu.

Sejumlah analis politik berbicara soal upaya orang-orang Amerika untuk menaikkan pemerintahan fasis di Eropa, sementara orang-orang Denmark, juga secara tegas menolak permintaan Donald Trump, untuk menjual kepulauan Greenland.

Dengan memperhatikan adu mulut di dua sisi Samudra Atlantik, sepertinya AS dan Eropa, akan menghadapi masa yang penuh ketegangan.

Kubu politik pemenang pemilu presiden AS tahun 2024 yang dikenal dengan MAGA (Make America Great Again) menuntut penggulingan pemerintahan sayap kiri bahkan kanan moderat di negara-negara sekutu AS, dan menaikkan pemerintahan konservatif serta sayap kanan ekstrem.

Tujuan dari MAGA bukan semata-semata untuk mengganti pemerintahan di negara-negara sekutu AS, mereka sebenarnya menginginkan supaya pemerintahan yang berkuasa di negara-negara itu menganggap kepentingan AS lebih utama dari kepentingan mereka sendiri.

Pemerintahan Trump terang-terangan mengancam negara-negara Eropa, jika tidak membeli minyak dan gas lebih banyak dari AS, maka barang-barang impor dari Eropa ke AS akan dikenakan tarif lebih besar.

Tarif ini dapat memberikan pukulan keras terhadap para produsen Eropa, sementara Eropa sedang berada di bawah tekanan ekonomi hebat sebagai dampak dari karantina COVID-19, dan kenaikan harga energi akibat perang Ukraina.

Trump dan pada pendukungnya berharap negara-negara Eropa menerima syarat-syarat berat yang diterapkan AS, dan tunduk padanya. Akan tetapi selama pemerintahan sayap kiri atau kanan moderat di Eropa berkuasa, sulit untuk mewujudkan keingingan ini.

Maka dari itu orang terkaya di dunia pemilik media sosial X turun tangan dengan melancarkan perang propaganda terhadap negara-negara Eropa, dan berusaha mengganti mereka dengan pemerintahan yang lebih sejalan.

Hingga kini stratagi tersebut telah berhasil diterapkan di Kanada, yang Perdana Menterinya Justin Trudeau, baru saja mengundurkan diri. Elon Musk, sedang berusaha menjalankan skenario yang sama di Jerman dan Inggris, dua negara yang tanpa koordinasi mereka, negara-negara yang lebih kecil dan lebih lemah di Eropa, tidak akan tunduk pada AS di bawah Trump.

Akan tetapi nampaknya meski sebagian pemerintahan di Eropa tumbang, namun rakyat Eropa, tidak akan tunduk pada ekspansionisme Donald Trump, dan intervensi ideologis Elon Musk. Maka dari itu bisa diprediksi bahwa perlawanan akan muncul di Eropa yang dapat mempengaruhi hubungan lama dua sisi Benua Atlantik.

Di sisi lain, gerakan MAGA di AS meyakini bahwa Washington dari sisi politik dan ekonomi tidak terlalu kuat untuk bisa memaksa negara-negara Eropa, dan jika itu benar, maka kekuatan militer AS, akan dikerahkan untuk mendukung tekanan AS terhadap Eropa.

Dalam kondisi seperti ini, Eropa yang menganggap dirinya selama ini berada di bawah bayang-bayang ancaman Rusia, akan merasa tidak punya perlindungan di hadapan kebijakan agresif serta egois AS. Kebijakan yang semakin agresif dan semakin egois seiring dengan kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS tahun 2024. (HS)