Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Selasa

7 Januari 2025

18.19.32
1521018

Bagaimana Televisi Saudi Al-Hadath Menyukseskan Kebijakan Israel Melawan Iran dan Perlawanan?

Berbagai laporan kejadian setahun terakhir ini sedemikian rupa sehingga sebagian komentator menuduh televisi Al-Hadath sebagai corong rezim Zionis dan bahkan berkoordinasi langsung dengan militer rezim ini.

Para pengamat dan analis media percaya bahwa beberapa televisi Arab Saudi seperti Al-Arabiya dan Al-Hadath memiliki keselarasan khusus dengan kebijakan Israel dalam beberapa perkembangan di Asia Barat.

Menurut laporan Pars Today, Mehr News menurunkan laporan khusus tentang topik yang sama dan ulasan perilaku jaringan televisu Al-Hadath.

Televisi ini merupakan salah satu alat kekuatan lunak Arab Saudi di kawasan Asia Barat. Media ini, bersama televisi seperti Al-Arabiya, dianggap sebagai alat yang memiliki fungsi khusus untuk mereproduksi media dan hegemoni ideologi negara ini di dunia Islam dan melawan negara lain seperti Qatar. Saluran ini mulai mengudara pada 12 Januari 2012.

Al-Hadath sebenarnya adalah sub-saluran Al-Arabiya, yang sejak pendiriannya fokus secara luas pada berita politik di wilayah tersebut, termasuk berbagai revolusi Arab dan dukungan terhadap krisis Suriah. Jaringan ini, bersama dengan Al-Arabiya, telah menjadi pesaing utama Al-Jazeera Qatar dalam meliput perkembangan di wilayah tersebut sejak tahun 2012.

Al-Hadath telah menjadi salah satu jaringan televisi Arab paling kontroversial dalam lebih dari satu dekade dan berulang kali menyiarkan berita palsu dan menimbulkan kontroversi media. Masing-masing negara di kawasan ini telah menjadi sasaran kontroversi media jaringan ini. Misalnya, pada periode awal invasi militer Saudi ke Yaman, jaringan ini bersama Al-Arabiya mengklaim syahidnya Abdul Malik Al-Houthi, Pemimpin Gerakan Ansarullah. Berita ini diterbitkan untuk melemahkan perlawanan.

Kabar itu akhirnya menuai cibiran kedua jaringan ini di media lain, sehingga mereka mengumumkan, Al-Houthi syahid oleh al-Arabiya dan Al-Hadts.

Kenakalan media Al-Hadath juga menyebar ke Irak. Pada bulan November 2019, pemerintah Irak menghentikan aktivitas jaringan Al-Hadath dan Al-Arabiya karena kurangnya izin yang diperlukan dan menghentikan liputan berita mereka. Pemerintah Irak terlibat dalam protes internal tahun ini dan memblokir izin mereka selama 3 bulan karena melanggar prinsip profesional dan menghasut para pengunjuk rasa.

Dalam sebuah langkah yang aneh dan bohong, televisi Al-Hadath baru-baru ini dengan mengutip dugaan sumber-sumber Barat mengumumkan bahwa Iran berencana untuk mentransfer kargo khusus dari Tehran ke Beirut melalui penerbangan Mahan Air. Dipengaruhi oleh berita ini, pejabat keamanan Lebanon memeriksa penumpang dan kargo penerbangan ini. Menurut Menteri Dalam Negeri Lebanon, tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan di dalam tas dan pesawat tersebut. Tentu saja tindakan aparat keamanan ini mendapat protes dari sebagian masyarakat Lebanon.

Berita bohong televisi Al-Hadath di saat Hizbullah dan rezim Zionis sedang dalam masa gencatan senjata, dapat dinilai sebagai contoh publikasi yang disengaja, dengan tujuan untuk menipu khalayak.

Kabar ini sepertinya merupakan kelanjutan dari permusuhan jaringan ini dengan Hizbullah dan hubungannya dengan rezim Zionis. Dalam beberapa tahun terakhir, Al-Hadath telah menurunkan berbagai berita yang tidak bersahabat sehubungan dengan Hizbullah. Misalnya saja di Lebanon pada tahun 2019-2020, di tengah protes rakyat, Al-Hadath mencoba memunculkan protes masalah penghidupan masyarakat ditujukan terhadap Hizbullah. Selain itu, di tengah agresi rezim Zionis terhadap Lebanon pada Oktober 2024, Al-Hadath mengumumkan serangan Zionis di wilayah Al-Batroun, mengutip sumber-sumber di dalam Hizbullah.

Namun Hizbullah Lebanon menanggapi berita ini dan mengumumkan, Tidak ada sumber di Hizbullah atau sumber yang dekat dengan Hizbullah. Sumber-sumber yang diklaim ini tidak dapat memberikan informasi kepada televisi ini atau jaringan yang sejalan dengannya, di mana secara terbuka dan bermusuhan terlibat dalam mesin propaganda Zionis terhadap perlawanan dan bangsa Lebanon.

Contoh lainnya terkait dengan Syahid Hashim Safiuddin. Pada tanggal 3 Oktober 2023, rezim Zionis menyerang Beirut. Sehari setelah kejadian itu, Al-Hadath mengumumkan bahwa Israel telah mengkonfirmasi kesyahidan Hashim Safiuddin. Hal ini terjadi ketika Perdana Menteri Israel Netanyahu mengklaim pembunuhan Safiuddin pada 8 Oktober.

Di sisi lain, pemberitaan kejadian setahun terakhir ini sedemikian rupa sehingga sebagian komentator menuduh jaringan ini menjadi corong rezim Zionis bahkan berkoordinasi langsung dengan tentara rezim tersebut. Pada bulan Oktober 2024, reporter jaringan ini berpartisipasi dalam pameran senjata Israel. Dalam laporan berjudul “Jika Anda Benar-benar Ingin Tahu Apa yang Terjadi di Israel, Tonton Dua Saluran TV Saudi Ini” pada 17 Desember 2024, Haaretz berbicara tentang hubungan erat antara rezim Zionis dengan Al-Arabiya dan Al-Hadath.

Menurut laporan ini, ketika berita dari berbagai lini perang terus berlanjut, media-media Zionis sering merujuk pada media Saudi. Analis New York Times Thomas Friedman mengatakan bahwa selama perang, media Saudi bertindak sebagai sumber informasi eksklusif bagi sumber resmi Israel untuk mengungkap nama-nama orang yang menjadi sasaran jet-jet tempur. Sumber-sumber Israel bahkan lebih memilih media tersebut daripada media Israel.

Para jurnalis Zionis yang diwawancarai oleh Haaretz percaya bahwa ada kontak antara sumber rezim dan saluran TV Al-Hadath dan Al-Arabiya. Dalam kelanjutan laporan Haaretz disebutkan bahwa koresponden Arab Tel Aviv Channel 11, V. Kais, mengatakan, Perjanjian Abraham berdampak besar pada akses ke media Saudi, dan Tel Aviv sedang mencoba untuk menyampaikan narasinya ke dunia Arab, dan ini dilakukan melalui media Saudi dan Emirat. Saluran TV Saudi memiliki sumber di lapangan, dan saya membayangkan ada kerja sama media antara mereka dan sumber-sumber Israel.(sl)