Tehran, Parstoday- Sheikh Naim Qassem, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon dalam pidato peringatan lima tahun kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis, yang gugur akibat serangan drone Amerika Serikat pada tanggal 3 Januari 2020, mengatakan, " Perlawanan akan terus berlanjut dan kepemimpinan perlawananlah yang menentukan kapan dan bagaimana perlawanan menentukan metode perlawanan dan senjata yang digunakan".
"Ada yang mengatakan bahwa perlawanan telah mundur, namun perlawanan adalah keyakinan yang kuat, semakin kuat dan mengakar" ujar Sheikh Qassem.
Statemen Sheikh Naim Qassem dalam pidatonya mendapat reaksi luas di media kawasan. Surat kabar Rai Alyoum menulis dalam konteks ini, "Pidato Naeem Qassem mengejutkan Israel dan menunjukkan bahwa Hizbullah tidak akan mundur".
Namun siapakah Sheikh Naim Qassem yang menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon setelah Sayid Hassan Nasrullah syahid?
Naim bin Muhammad Naim Qassem lahir pada bulan Februari 1953 di kota Kfar Fila di provinsi Nabatieh, selatan Lebanon. Beliau menikah dan memiliki 6 orang anak, empat putra dan dua putri.
Ketertarikannya pada Islam membuatnya mempelajari kitab-kitab Islam saat remaja, dan ketika ia berusia 18 tahun, ia menyelenggarakan kelas agama dan mengadakan kelas mingguan untuk anak-anak dan remaja di masjid.
Tentu saja minat Sheikh Naim Qassem tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu Islam saja, ia juga tertarik pada bidang kimia. Naim Qassem meraih gelar sarjana kimia dalam bahasa Prancis dari Universitas Lebanon dan pada tahun 1977 ia menerima gelar master di bidang kimia dari universitas ini, kemudian ia mulai mengajar dan bekerja sebagai guru di sekolah menengah negeri selama 6 tahun.
Selain studi di universitas, Naim Qassem juga mempelajari mata pelajaran agama di seminari Lebanon.
Pada awal tahun 1970-an, Naim Qassem mendirikan Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon bersama sekelompok pemuda dengan tujuan kegiatan keagamaan dan transmisi pemikiran Islam di universitas dan sekolah.
Sheikh Naim Qassem bergabung dengan cabang militer gerakan yang disebut "Gerakan Orang yang Dirampas" setelah berdirinya Gerakan Amal oleh Imam Musa Sadr pada tahun 1974 untuk menghadapi penjajah Zionis yang menduduki sebagian Lebanon pada saat itu.
Setelah pertemuan Komite Islam pada tahun 1982, Hizbullah Lebanon berdiri dan Naim Qassem adalah salah satu aktivis paling terkemuka yang berperan dalam pendiriannya.
Ia kemudian menjadi anggota Dewan Hizbullah Lebanon dan menjabat selama tiga periode. Setelah itu, ia diserahi tanggung jawab kegiatan pendidikan dan kepanduan di Beirut, dan kemudian menjabat sebagai wakil dewan eksekutif kelompok tersebut.
Naim Qassem juga memainkan peran penting dalam pengembangan hubungan Hizbullah dengan partai politik Lebanon lainnya. Ia telah berperan dalam banyak negosiasi yang menghasilkan kesepakatan politik dengan pemerintah Lebanon.
Kemudian pada tahun 1991, ia diangkat menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah dan memegang posisi tersebut hingga Sayid Hassan Nasrullah syahid.
Pada tanggal 27 September 2024, Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon gugur setelah serangan udara rezim Zionis di pinggiran selatan Beirut.
Pada tanggal 29 Oktober 2024, dan sekitar sebulan setelah kematian Sayid Hassan Nasrullah, Hizbullah Lebanon memilih Naim Qassem sebagai sekretaris jenderal gerakan Islam tersebut.
Sheikh Naim Qassem dalam pidato pertamanya sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengirimkan beberapa pesan seperti tekad, kekuatan dan kemenangan, dan kelanjutan perlawanan dan tidak menerima persyaratan penjajah Zionis, serta mendukung gencatan senjata dan negosiasi.
Situs pribadi Sheikh Naim Qassem menulis, "Dia percaya pada teori politik-agama tentang otoritas agama dan, sebagai hasilnya, otoritas Imam Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam".
Sheikh Naim Qassem juga memiliki andil dalam menulis dan merupakan penulis berbagai karya di bidang hak-hak sipil, status perempuan, status guru, status siswa, hak laki-laki dan perempuan, kewajiban orang tua terhadap anak-anak, dan lainnya.
Beliau menulis buku penting berjudul “Al-Imam al-Khomeini antara orisinalitas dan pembaharuan” tentang Imam Khomeini, dan buku “Al-Wali al-Mujadid” tentang Ayatullah Imam Khamenei yang telah diterbitkan.
Selain itu, salah satu karyanya adalah buku berjudul "Hizbullah: Al-Manhaj - Al-Taqaba - Al-Mustaqbal" (Hizbullah of Lebanon; kebijakannya, masa lalu dan masa depan) yang ditulis pada tahun 2002 dan telah diterbitkan dalam bahasa Farsi, Inggris, Perancis, Turki, Urdu dan bahasa Indonesia.
Buku Tafsir Hukum Imam Zainal Abidin, putra Imam Hussein merupakan salah satu karya Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon lainnya.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa Sheikh Naim Qassem adalah tokoh sentral dalam kancah politik Lebanon dan terus mempengaruhi dinamika Lebanon melalui perannya dalam Hizbullah dan kecenderungan politiknya.
Banyak ahli percaya bahwa Hizbullah Lebanon akan mengalami perubahan penting dan mengambil tindakan luar biasa bersama Sekretaris Jenderalnya Sheikh Naim Qassem.(PH)