Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Senin

6 Januari 2025

18.53.41
1520697

Kehadiran Militer AS dan Turki di Suriah Meningkat, Mengapa Al-Jolani Diam?

Menurut sumber-sumber Suriah, Washington telah mengambil langkah pertamanya untuk membangun pangkalan militer canggih di Raqqa, Suriah, tanpa terkena serangan atau protes apa pun dari unsur-unsur kekuatan yang berada di bawah komando Al-Jolani.

Tehran, Parstoday- Al-Jolani mengumumkan dimulainya pembangunan pangkalan militer pertama AS di Raqqa, Suriah.

Sumber-sumber Suriah mengumumkan bahwa sejak tiga pekan lalu, pasukan Amerika menata ulang barisan mereka di 10 pangkalan militer di Suriah dan mentransfer pasukan dan peralatan militer dari Irak ke Suriah.

Menurut laporan ini, pasukan khusus Amerika telah dikerahkan di pangkalan militer yang berafiliasi dengan tentara Suriah di pinggiran Raqqa dan telah menutup pintu masuknya.

Beberapa hari yang lalu, pasukan khusus AS, yang dikenal sebagai Delta, tiba di Raqqa, Suriah, melalui perbatasan Al-Walid di Irak, untuk menempatkan diri di sub-pangkalan.

Sementara itu, Pasukan Demokratik Kurdi Suriah (SDF) mengumumkan upaya Turki untuk membangun pangkalan militer di sebuah bukit di daerah sekitar Bendungan Tisreen di pinggiran Aleppo di Suriah utara.

Dengan mengumumkan kabar ini, Pasukan Demokratik Kurdi Suriah (SDF) membenarkan bahwa mereka menyerang pangkalan Turki yang sedang didirikan.

Kelompok SDF yang didukung AS menguasai Suriah timur laut. Namun Turki dan sekutunya di Suriah menentang SDF dan berusaha untuk menumpas mereka dari wilayah tersebut.

Dengan dominasi kelompok oposisi bersenjata dekat Turki yang dipimpin oleh Abu Mohammad al-Jolani atas Suriah dan pertemuan para pejabat senior kelompok ini dengan perwakilan Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya termasuk Jerman dan Perancis, diperkirakan akan terjadi peningkatan tekanan terhadap SDF.

Pada saat yang sama ketika AS dan Turki meningkatkan upaya mereka untuk memperluas kehadiran militernya di Suriah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia meminta Menteri Luar Negeri Jerman untuk membahas masa depan pangkalan Amerika di negaranya sendiri daripada berspekulasi tentang pangkalan militer Rusia di Suriah.

Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman baru-baru ini bahwa Rusia harus dilarang memiliki pangkalan militer di Suriah, dengan mengatakan, "Pandangan ini diungkapkan oleh menteri luar negeri dari negara yang menjadi tuan rumah bagi pangkalan militer Amerika. Saya punya pertanyaan, 'Apakah Menteri Luar Negeri Jerman siap menyampaikan permintaan seperti itu kepada Washington?"

Menurut Zakharova, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock lebih baik berbicara tentang masa depan pangkalan Amerika di negaranya daripada berspekulasi tentang pangkalan Rusia di Suriah.

Oposisi bersenjata di Suriah melancarkan serangan sejak pagi 27 November 2024 dengan tujuan menyingkirkan Bashar Assad dari kekuasaan. Mereka memulai operasinya dari wilayah utara negara ini, dan akhirnya, setelah 11 hari, pada hari Minggu mereka mengumumkan penguasaan mereka atas kota Damaskus dan kepergian Assad dari negara tersebut.

Menyusul perkembangan baru-baru ini di Suriah dan bangkitnya oposisi di negara ini, Rusia menarik pasukannya dari wilayah utara Suriah, dan dari posisi di pantai negara ini, namun Rusia belum meninggalkan dua pangkalan utamanya, Pangkalan Udara Hmeimim di Latakia dan pusat angkatan lautnya di Tartus. Iran juga menarik pasukan penasihatnya dari Suriah sebelum jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad. Pasukan penasihat Iran dikirim ke negara ini atas undangan pemerintah Suriah selama serangan Daesh dan kelompok teroris lainnya.(PH)