Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Senin

6 Januari 2025

05.14.59
1520442

Indonesia:

Penyair Indonesia Raih Palestina World Prize 2024; Berkat Puisi Palestina yang Menggugah

Motivasi utama saya mengikuti Palestine World Prize for Literature ini adalah kehendak untuk bergabung dengan para penulis dari seluruh dunia yang peduli akan Palestina, peduli akan kebudayaan dan kemerdekaan Palestina, peduli akan kemerdekaan dan martabat orang-orang Palestina, yang semua itu berarti bergabung dengan para penulis yang peduli akan kemanusiaan dan tatanan global yang adil.

Menurut Kantor Berita Internasional -ABNA– Dunia sastra Indonesia kembali menorehkan sejarah, kali ini melalui karya  satsrawan Hikmat Gumilar yang berhasil meraih penghargaan Palestine World Prize for Literature 2024 dalam kategori puisi. Penghargaan ini diberikan atas karya puisinya, “Dari Mawar Reruntuhan ke Cerita Ingatan”, yang dinilai memiliki kedalaman makna serta mampu menghidupkan kembali narasi perjuangan rakyat Palestina. Karya tersebut dipilih dari 300 buku lebih yang dikirim dari 27 negara, termasuk negara-negara Amerika Latin.

Dalam wawancara eksklusif ABNA, Hikmat Gumilar, yang akrab disapa Kang Hikmat, berbagi pengalaman dan pandangannya terkait ajang bergengsi yang diselenggarakan di Baghdad, Irak pada akhir Desember 2024 lalu. Berikut kutipan wawancara reporter ABNA bersama beliau:



Apa kegiatan utama Kang Hikmat selama di Baghdad?

Saya diundang menghadiri upacara Palestine World Prize for Literature, ajang yang didirikan pada November 2018 di Teheran oleh koalisi organisasi budaya dan sastra dari berbagai negara. Penghargaan ini bertujuan merespons upaya-upaya melemahkan hak-hak Palestina sekaligus menghidupkan kembali narasi perjuangan mereka di dunia sastra.

Pendirian ajang tersebut, saya dengar, bertaut dengan dua hal. Pertama, adanya “para penguasa arogan yang tengah mengintensifkan upaya menuju apa yang disebut "Kesepakatan Abad Ini", sebuah skema besar untuk melemahkan hak-hak Palestina. Upaya ini mencakup proses normalisasi baru yang berbahaya yang ditempuh dengan semangat dan kecepatan yang lebih besar di sejumlah negara Islam. Tujuannya untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis dan menghapus perjuangan Palestina dari benak negara-negara Muslim dan orang-orang yang mencintai kebebasan di seluruh dunia.”

Kedua, pandangan bahwa terjadi penurunan yang nyata dalam gerakan sastra dan narasi di negara-negara Muslim, dan semakin berkurangnya penggambaran akurat tentang identitas rakyat Palestina yang tangguh—bahkan di kalangan kiri dan nasionalis—menimbulkan ancaman budaya yang serius. Penurunan ini menunjukkan dasar yang diletakkan oleh front Zionis internasional untuk membalikkan peran penindas dan korban, yang membuka jalan bagi distorsi sejarah besar lainnya yang diatur oleh para manipulator media Zionis.


Dari mana Kang Hikmat mengetahui ajang ini?

Awalnya saya tidak tahu mengapa saya diundang. Namun, karena berkaitan dengan Palestina, saya mengirimkan cover buku kumpulan puisi tentang Palestina yang baru terbit pada November 2024. Ternyata, buku itu masuk seleksi untuk penghargaan ini. Prosesnya dimulai dari pertanyaan Dr. Dina Sulaeman, yang bertanya apakah saya memiliki kumpulan puisi tentang Palestina. Dalam waktu dua minggu, saya menyelesaikan draf buku, yang kemudian diterjemahkan dan diterbitkan oleh beliau.

Apa motivasi Kang Hikmat mengikuti ajang ini?

Motivasi utama saya mengikuti Palestine World Prize for Literature ini adalah kehendak untuk bergabung dengan para penulis dari seluruh dunia yang peduli akan Palestina, peduli akan kebudayaan dan  kemerdekaan Palestina, peduli akan kemerdekaan dan  martabat orang-orang Palestina, yang semua itu berarti bergabung dengan para penulis yang peduli akan kemanusiaan dan  tatanan global yang adil.

Bisa ceritakan lebih lanjut tentang isi buku puisi tersebut dan bagaimana proses penuiisan dibaliknya?

Puisi-puisi saya adalah ekspresi kepedulian terhadap nasib rakyat Palestina dan alam mereka yang terus dirusak oleh penjajahan. Buku ini saya tulis dengan harapan agar pembaca, khususnya di Indonesia, memiliki wawasan lebih mendalam mengenai Palestina. Saya ingin puisi-puisi ini menjadi media untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap perjuangan rakyat Palestina, termasuk dalam kaitannya dengan AS dan negara-negara Eropa yang hingga detik ini terus mempertahankan superioritas mereka dengan mempertahankan ketidakadilan global.

Perihal proses penulisannya, saya kira, lebih merupakan implikasi saja dari kesengajaan saya dalam menenggelamkan diri dalam kepedulian saya terhadap Palestina. Juga mungkin kemarahan saya terhadap kolonialisme serta keangkuhan dan keserakahan para elit negara-negara kolonial. Benihnya bisa jadi sudah mulai tumbuh ketika saya di SMP, ketika  saya terhisap oleh puisi-puisi Palestina dalam terjemahan kumpulan puisi Arab modern yang saya temukan di perpustakaan SMP tempat saya belajar.   


Apakah Kang Hikmat berencana mengikuti ajang serupa di masa mendatang?

Tentu. Saya berencana terus mengikuti ajang-ajang seperti ini, bahkan mengajak teman-teman penulis lain untuk ikut serta. Ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan juga alat perjuangan. Seperti kata penyair Palestina Mahmud Darwish, ‘Perjuangan di Palestina sebagian besar adalah perjuangan metafora dan bahasa.’"

Saya begitu karena saya percaya bahwa kata-kata dapat membunuh atau menghidupkan, bahwa kata-kata dapat memenjarakan atau memerdekakan. Sejarah penaklukan dan pendudukan Palestina dari sejak tahun 1948, bahkan sejak jauh sebelumnya, telah membuktikannya. Wajar jika para penulis Palestina seperti Refaat Alareer dan Isabella Hamad meyakini benar daya sastra sebagai kekuatan perjuangan. 

Apa harapan Kang Hikmat untuk rakyat Gaza dan Palestina secara umum?

Saya berharap, bernar-benar berharap, Palestina segera merdeka dari sungai hingga laut. Semoga rakyat Palestina bisa hidup damai, bertani, bermain, dan menjalani kehidupan sebagaimana layaknya manusia tanpa ancaman senjata atau penindasan. Orang-orang Palestina, tentu saja termasuk orang-orang Gaza, secepat mungkin dapat kembali menjalani keseharian sebagaimana idealnya setiap manusia di muka bumi. Para petaninya, misalnya, dapat leluasa dan sukacita tumbuh bersama cabai mereka, semangka mereka, jeruk mereka, zaitun mereka. Anak-anaknya dapat leluasa bermain layang-layang dan berenang di luas dan biru  laut mereka.

Apa pesan Kang Hikmat untuk pemerintah dan rakyat Indonesia?

Para pendiri bangsa Indonesia menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Maka, sewajibnyalah elit politik Indonesia segera membuat keputusan politik yang menegaskan bahwa Indonesia adalah musuh genosida terhadap Palestina. Saya berani memastikan seluruh rakyat Indonesia akan bergerak mendukung kebijakan tersebut.

Terimakasih Kang

Sama-sama. 

Disbeutkan, Acara kompetisi internasional ini dihadiri oleh tokoh-tokoh budaya terkemuka dari berbagai negara di dunia serta beberapa keluarga syuhada perlawanan seperti keluarga Syahid Imad Mughniyeh, Syahid Fawad Shukr, dan Syahid Karkhi, serta keluarga Syahid Raisi.

The Palestine World Prize for Literature didirikan pada tahun 2018 oleh federasi sastra negara-negara Islam dengan tujuan mendorong penulis dan menghasilkan karya-karya berharga dengan tema Palestina. Palestine Prize pertama diadakan di kota Beirut Lebanon pada bulan November 2022.  Meski tidak ada peserta dari Asia Tenggara khususnya Indonesia yang meraih penghargaan, namun sebuah kebanggaan, DR. Dina Yulianti dosen HI Universitas Padjadjaran Bandung (lebih dikenal dengan nama pena Dina Sulaeman) hadir sebagai salah satu anggota dewan juri mewakili Asia Tenggara.

Ajang Palestine World Prize for Literature menjadi bukti bahwa kata-kata memiliki kekuatan besar untuk mendobrak tirani dan memperjuangkan keadilan. Tahun ini Kang Hikmat, melalui karyanya, berhasil menyampaikan pesan bahwa perjuangan untuk Palestina adalah perjuangan untuk kemanusiaan.