Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Minggu

28 Agustus 2022

16.39.43
1301170

Taiwan Menaikkan Anggaran Militernya, Mengapa?

Pemerintah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan rencana untuk menaikkan anggaran militernya 13,9 persen dibandingkan tahun 2022, sehingga anggaran pertahanan baru untuk tahun depan akan mencapai lebih dari 19 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Pengumuman disampaikan pada hari Kamis (25/8/2022) di tengah ketegangan dengan Cina. Peningkatan pengeluaran 13,9 persen, mencakup pendanaan untuk jet tempur baru dan peralatan lainnya, yang sebagiannya akan dibeli dari Amerika Serikat (AS).

Kenaikan anggaran pertahanan tersebut membuat total anggaran pertahanan Taiwan mencapai 19,41 miliar dolar Amerika. Jika dihitung, maka jumlah itu adalah 15% dari total pengeluaran pemerintah. Anggaran menandai kenaikan tajam dalam pengeluaran dibandingkan dengan kenaikan sekitar 4-5 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Tahun lalu, Taiwan mengumumkan rencana untuk menghabiskan tambahan US$ 8,69 miliar pada tahun 2026 di atas anggaran pertahanan tahunannya untuk meningkatkan kemampuan angkatan laut pulau itu.

Dengan melihat petualangan AS dalam urusan Taiwan, yang telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir dengan kunjungan perwakilan dan senator DPR dan Senat AS ke pulau ini, maka pengumuman peningkatan anggaran militer Taiwan untuk tahun depan semakin jelas arah dan maknanya.

Dapat dikatakan bahwa pendekatan militeristik Taiwan adalah hasil dari kebijakan AS di Selat Taiwan yang bertentangan dengan Cina. Para pejabat Taiwan, dengan agenda peningkatan anggaran militer mereka, menunjukkan lampu hijau untuk industri produksi peralatan militer AS. Dengan kata lain, upaya dan dukungan Gedung Putih untuk kemerdekaan Taiwan bukan tanpa imbalan.

Pulau Taiwan memiliki pendapatan finansial yang baik, dan AS mengejar dua tujuan utama dalam langkahnya memprovokasi kemerdekaan Taiwan. Tujuan itu, pertama, AS ingin agar Cina terlibat dalam masalah yang berkaitan dengan sengketa wilayah, yang dari sudut pandang Gedung Putih, konflik itu akan bisa mencegah dan menghambat Cina dari tujuan-tujuan utamanya seperti pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan perkembangan teknologi. Sebab, dengan begitu, Cina akan terpaksa meningkatkan anggaran militernya dan tidak fokus pada tujuan utamanya.  

Kedua, menyediakan platform dan landasan untuk penjualan peralatan militer canggih ke negara-negara di kawasan dan ke Taiwan. AS berusaha untuk mengkonsolidasikan posisi militernya di kawasan dengan menebar Cina fobia dan Korea Utara fobia, dan mendorong sekutunya untuk membeli peralatan militernya dalam jumlah besar.

Ted Galen Carpenter, pakar urusan internasional, mengatakan, ambisi AS di kawasan dan dukungan untuk kemerdekaan Taiwan dapat berakhir dengan perang. Karena AS bermain api dengan mengabaikan peringatan Cina tentang Taiwan."

AS, yang khawatir hegemoni globalnya digoyang oleh Cina, secara serius mengejar kebijakan pengepungan militer negara ini dan memicu perlombaan senjata di kawasan serta Selat Taiwan. Meskipun Washington mengadopsi kebijakan yang belum jelas mengenai Taiwan, tetapi baru-baru ini, AS secara terbuka mendukung kubu pro-kemerdekaan Taiwan.

Para penguasa Taiwan juga telah mengadakan latihan militer dalam beberapa minggu terakhir untuk menunjukkan apa yang disebut mereka sebagai kekuatan melawan Cina, dan mereka juga mengejar peningkatan anggaran militer mereka ke arah yang sama.

Ali Omidi, pakar isu-isu regional, mengatakan, meskipun penguasa Taiwan adalah keturunan Cina, namun mereka berusaha menunjukkan kekuatan mereka melawan Beijing dengan menunjukkan solidaritas dengan AS.

Yang pasti, para penguasa pulau Taiwan tahu betul bahwa seberapa banyak mereka meningkatkan kekuatan militernya, mereka tidak akan mampu menghadapi Cina sendirian, dan jika terjadi perang, Cina memiliki kemampuan untuk menaklukkan Taiwan dalam waktu sesingkat-singkatnya, oleh karena itu, peningkatan anggaran militer Taiwan hanyalah respon hijau terhadap penguatan kebijakan militeristik AS di kawasan, yang meningkatkan keinginan negara itu untuk mendukung kemerdekaan Taiwan.

Dengan mempertimbangkan kelanjutan perdagangan antara AS dan Cina, yang lebih dari 700 miliar dolar per tahun, penguasa Taiwan tahu betul bahwa Washington dan Beijing akan mengedepankan untuk mengejar kepentingan ekonomi besar, yang berarti bahwa kedua belah pihak akan menghindari perseteruan, dan jika membahayakan kepentingan Washington, maka AS akan dengan mudah meninggalkan Taiwan. (RA)