Kantor Berita Internasional Ahlul Bait — ABNA — Angkatan Darat Lebanon pada Jumat lalu membawa sejumlah jurnalis ke kawasan Wadi Zibqin, salah satu basis utama Hizbullah di selatan Lebanon, yang kini berada di bawah kendali militer setelah gencatan senjata.
Wilayah ini, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari perbatasan Palestina pendudukan, dikenal sebagai basis strategis perlawanan selama puluhan tahun, dengan sisa-sisa gudang senjata, bunker beton, terowongan bawah tanah, serta bekas serangan udara Israel. Salah satu terowongan yang dikunjungi berada di kedalaman sekitar 100 meter dan sebelumnya difungsikan sebagai rumah sakit lapangan.
Meski sebagian media menyebut langkah ini sebagai “kemenangan tentara dan kekalahan Hizbullah”, pihak militer Lebanon menegaskan bahwa mereka hanya menjalankan keputusan politik pemerintah dan Resolusi 1701, bukan dalam rangka menghadapi perlawanan. Perwira senior Lebanon juga menyebut kawasan tersebut sebagai wilayah paling berbahaya sekaligus suci karena darah para syuhada.
Di sisi lain, sumber-sumber menyebutkan bahwa tekanan Amerika Serikat dan Israel terhadap tahap lanjutan pelucutan senjata perlawanan terus meningkat, bahkan disertai wacana inspeksi rumah-rumah sipil di berbagai wilayah, yang dikhawatirkan memicu ketegangan sosial baru di Lebanon.
Your Comment