27 Agustus 2024 - 19:40
Ben Gvir Haus Darah: Reaksi Lanjutan terhadap Tindakan Menteri Ekstremis Rezim Zionis

Keputusan Menteri Keamanan Dalam Negeri rezim Zionis membangun sinagog di dalam Masjid Al-Aqsa menimbulkan reaksi keras dari para penentangnya.

Tehran, Parstoday- Situs Quds Al-Akhbariya hari Senin melaporkan bahwa Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Dalam Negeri rezim Zionis dalam sebuah pernyataan barunya mengumumkan bahwa ia bermaksud membangun sinagog di dalam Masjid Al-Aqsa.

“Kebijakan kami mengizinkan ibadah di Masjid Al-Aqsa. Hukumnya setara bagi orang Yahudi dan Muslim, dan saya bermaksud membangun sinagog di sana," kata Ben Gvir.

Pernyataan ini dikutip oleh radio militer Israel dari Ben Gvir langsung.

Pernyataan ini menimbulkan reaksi dari beberapa pejabat Zionis sendiri.

Moshe Arbel, Menteri Dalam Negeri Rezim Zionis menanggapi pernyataan Ben Gvir dengan menyatakan, "Netanyahu harus segera menghentikan Ben Gvir terkait Masjid Al-Aqsa."

Ketika memperingatkan tentang meningkatnya konflik di Quds, Arbel mengatakan, “Kurangnya pandangan ke depan Ben Gvur dapat menyebabkan pertumpahan darah. Pernyataannya membahayakan aliansi strategis kita melawan Iran,".

Yair Lapid, pemimpin partai oposisi di parlemen Zionis, juga mengatakan “Seluruh wilayah menyaksikan kelemahan Netanyahu menghadapi Ben Gvir. Sebab dia tidak mampu mengendalikan kabinet, bahkan ketika tindakan ini [Ben Gvir] melemahkan keamanan dalam negeri kita, tidak ada kebijakan, tidak ada strategi, dan tidak ada kabinet yang nyata.”

Setelah kritik tersebut dilontarkan, kantor Perdana Menteri rezim Zionis mengumumkan dalam pernyataannya bahwa belum ada perubahan status hukum Masjid Al-Aqsa.

Pada hari Minggu, setelah operasi Hizbullah Lebanon melawan Israel, yang dilakukan sebagai tanggapan atas pembunuhan Fouad Shukir, salah satu komandan Hizbullah, dia berkata, “Menteri Keamanan Israel Ben Gvir seharusnya dipecat hari ini, tetapi Benjamin Netanyahu telah kehilangan kendali." 

Gerakan perlawanan Palestina mengutuk pernyataan Menteri Keamanan Dalam Negeri rezim Zionis baru-baru ini mengenai pembangunan sinagog di Masjid Al-Aqsa, dan menganggapnya sebagai bagian dari rencana besar Yudaisasi di Quds.

Gerakan perlawanan juga mengecam diamnya negara-negara Arab dan Islam terhadap berkelanjutan agresi rezim Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa dan menyasar identitas Islam tempat suci dan kota Quds tersebut.

Sehubungan dengan hal ini, Sheikh Ekrama Sabri, Khatib Masjid Al-Aqsa dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera mengatakan,"Ben Gvir tidak memiliki alasan atas klaimnya tentang hak orang Yahudi di Al- Masjid Aqsa. Dia telah gagal dalam rencananya dan sekarang ingin mengobarkan situasi dengan berpura-pura melakukan sesuatu untuk menekankan sifat Islami Masjid Al-Aqsa, dan memperingatkan agar tidak melakukan pendekatan apa pun terhadapnya,".

Perlu dicatat bahwa perpecahan dan perbedaan pendapat di dalam kabinet rezim Zionis semakin meningkat dari hari ke hari. Ekstremis sayap kanan seperti Ben Gvir dan Betzalel Smotrich, Menteri Keuangan rezim Zionis ingin mengintensifkan tindakan terhadap Palestina. Sementara pejabat rezim Zionis lainnya menganggap tindakan seperti itu berbahaya bagi Israel.

Berdasarkan hal ini, kanal 12 rezim Zionis melaporkan bahwa Ronin Bar, Kepala Shin Bet (Organisasi Intelijen dan Keamanan Dalam Negeri Rezim Zionis) mengirimkan surat kepada Netanyahu, dan menuduh anggota kabinet koalisi, termasuk Ben Gvir dan lainnya, yang secara langsung dan tidak langsung mendorong Zionis ekstrem untuk menyerang warga sipil Palestina di Tepi Barat menggunakan istilah teror Yahudi, dan mengkritik kelompok ekstrim Zionis.

Ben Gvir konon sangat marah dengan surat tersebut di rapat kabinet dan sebelum meninggalkan rapat, serta menuntut pengunduran diri ketua Shin Bet.

Pada saat yang sama, surat kabar Israel Ha'aretz dalam sebuah laporan hari Senin mengkritik dukungan Ben Gvir terhadap perwakilan kelompok ekstremis dan teroris di kabinet rezim Zionis, dan menuduh perwakilan tersebut mendukung keyakinan ekstremis mereka.

Dalam editorial surat kabar Zionis ini disebutkan bahwa Ben Gvir mendukung teroris Yahudi dan menggunakan kekuasaan, sumber daya dan wewenangnya sebagai Menteri Keamanan Nasional untuk tujuan tersebut.

Surat kabar itu menambahkan bahwa teroris yang didukung Ben Gvir adalah cabang militer dari organisasi tempat dia bergabung dan mewakili kepentingannya di kabinet.

Menurut pemberitaan surat kabar ini, Ben Gvir ada di kabinet, tapi kesetiaannya pada keyakinannya berada di luar kabinet, dan jika dia diberi pilihan antara kesetiaan pada kabinet dan kesetiaan pada keyakinannya (Kahanisme), maka dia pasti akan melakukannya dengan pilihan yang terakhir.

Ben Gvir, seorang pengacara dan politisi Israel berusia 48 tahun, telah menjadi pemimpin partai sayap kanan Kekuatan Yahudi (Otzma Yehudit) sejak 2019.

Pada pemilu Maret 2021, partai ini masuk parlemen Israel melalui koalisi dengan Partai Persatuan Nasional. Dia kemudian diangkat sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri dan mengambil kendali Polisi Perbatasan Israel di Tepi Barat yang diduduki.(PH)