Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Senin

8 Juli 2019

07.08.11
958796

Transformasi Timur Tengah 7 Juli 2019

Transformasi Timur Tengah pekan lalu diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya seruan Hamas kepada umat Islam untuk mendukung perlawanan Palestina.

(ABNA24.com) Transformasi Timur Tengah pekan lalu diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya seruan Hamas kepada umat Islam untuk mendukung perlawanan Palestina.

Isu lain mengenai sikap Mahmoud Abbas yang menolak mediasi AS, anggota parlemen Yordania menyerukan peledakkan pipa gas Israel, Netanyahu mengklaim Israel mempersiapkan serangan besar ke Gaza, Israel memusnahkan dokumen pendudukan bumi Palestina, dan ledakan bom serta kerusuhan di Israel yang menyebabkan mobil dibakar dan 47 polisi terluka.

Hamas Minta Umat Islam Dukung Perlawanan Palestina

Wakil Ketua Biro Politik Hamas, Mohammad Nazzal mengatakan aksi membiokot konferensi ekonomi Bahrain oleh Palestina telah menghilangkan legitimasi pertemuan ini dan gagalnya Kesepakatan Abad prakarsa AS.

Nazzal, seperti dilaporkan Pusat Informasi Palestina, Jumat (5/7/2019) menambahkan rakyat Palestina mengambil sikap tegas dan solid terhadap konferensi Bahrain.

"Palestina tidak untuk dijual dan rakyat Palestina secara bulat menolak Kesepakatan Abad. Absennya Palestina di konferensi Bahrain bermakna bahwa pertemuan tersebut benar-benar ilegal dan tidak punya legitimasi," jelasnya.

Nazzal lebih lanjut menuturkan secara politik, kesepakatan itu telah gagal, karena pendudukan rezim Zionis atas wilayah Quds tidak memiliki pengakuan internasional dan hanya AS yang mengakui hal itu.

Dia menyeru bangsa-bangsa Muslim dan Arab untuk menolak normalisasi hubungan dengan musuh Zionis dan tidak segan-segan untuk memberikan dukungan finansial, politik dan moral kepada perlawanan Palestina.

Pemerintah AS menggelar konferensi ekonomi di Ibukota Bahrain, Manama pada 25-26 Juni 2019. Pertemuan ini merupakan langkah pertama untuk melaksanakan Kesepakatan Abad, tetapi tidak mendapat sambutan dari dunia internasional.

Soal Palestina, Mahmoud Abbas Tolak Mediasi AS

Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas mengatakan Palestina tidak akan menerima Amerika Serikat sebagai mediator tunggal dalam negosiasi dengan rezim Zionis Israel.

Seperti dilaporkan televisi Rusiya al-Yaum, Rabu (3/7/2019), Abbas menuduh penasihat Presiden Trump, Jared Kushner telah berbohong tentang konferensi ekonomi di Bahrain.

"Prakarsa perdamaian pemerintahan Trump akan gagal sama seperti konferensi ekonomi di Bahrain gagal. Pertemuan Bahrain adalah kebohongan besar yang dilakukan Kushner," tegasnya.

"Belum ada mediasi baru yang dilakukan pemerintah AS sejak Kesepakatan Oslo, dan jika pun ada, Washington tidak terlibat di dalamnnya," ungkapnya.

Abbas menegaskan bahwa AS sebelum memperkenalkan prakarsa apapun, harus mengakui solusi pembentukan negara merdeka Palestina dengan ibukota Quds.

Anggota Parlemen Yordania Minta Pipa Gas Israel Diledakkan

Seorang anggota parlemen Yordania menuntut agar pipa yang menyalurkan gas dari rezim Zionis Israel ke negaranya diledakkan.

Situs berita Al Ahed, Kamis (4/7/2019) melaporkan, Tarek Khoury dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh Fraksi Islah di Parlemen Yordania, mengatakan bahwa kontrak perjanjian gas antara Yordania dengan Israel sudah habis sejak tiga tahun lalu.

Ia menuturkan, untuk mencegah berlanjutnya penyaluran gas dari Israel ke Yordania, dan untuk meledakkan pipa gas, diperlukan penandatanganan "kode kehormatan".

Khoury menambahkan, setiap orang di Yordania harus mengorbankan diri dan anak-anaknya untuk meledakkan pipa gas Israel yang melewati wilayah Yordania. Sebelumnya parlemen Yordania juga menuntut diakhirinya perjanjian penyaluran gas dari Israel.

Netanyahu: Israel Mempersiapkan Serangan Besar ke Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan serangan militer skala besar ke Jalur Gaza jika diperlukan.

"Militer rezim Zionis siap menyerang Gaza jika tindakan seperti itu diperlukan. Ini adalah instruksi saya kepada tentara," ujarnya setelah memimpin rapat kabinet keamanan Israel, Rabu (3/7/2019) seperti dikutip laman Tasnimnews.

Rezim Zionis hanya mampu bertahan beberapa hari dalam serangan terbarunya ke Gaza dan gagal mencegah serangan balasan pasukan perlawanan Palestina.

Dalam bentrokan pada Mei lalu, rezim Zionis meminta mediasi Mesir untuk menghentikan tembakan roket dari Gaza dan gencatan senjata, hanya empat hari setelah perang dimulai.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina berulang kali menegaskan bahwa serangan rudal akan dibalas dengan rudal dan darah dengan darah.

Israel Musnahkan Dokumen Pendudukan Bumi Palestina

Rezim Zionis Israel memiliki lembaga rahasia di Departemen Peperangan yang ditugaskan untuk memusnahkan dokumen terkait tragedi Hari Nakba.

Surat kabar Haaretz dalam sebuah laporannya hari Sabtu (6/7/2019) menulis, dokumen-dokumen itu berkaitan dengan pembantaian, pelecehan wanita, penghancuran desa-desa Palestina dan pembunuhan mereka, yang diperintahkan oleh para pejabat tinggi Israel khususnya David Ben-Gurion, perdana menteri pertama rezim Zionis.

Sejarawan Zionis, Tamar Novick dalam sebuah laporan mengatakan bahwa ia sedang memeriksa sebuah dokumen milik tragedi Hari Nakba, tetapi tidak ada nama di dokumen itu dan tidak jelas siapa pelakunya, beberapa bagiannya telah hilang dan isinya menjadi kabur.

"Butuh waktu untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa dokumen itu hilang begitu saja," ujarnya.

Sejak satu dekade terakhir, tim di Kementerian Peperangan Israel telah memeriksa semua arsip dan menghapus dokumen bersejarah.

Tapi itu bukan hanya arsip yang berkaitan dengan program nuklir mereka atau hubungan luar negeri rezim Zionis. Ratusan dokumen telah disembunyikan sebagai bagian dari upaya sistematis untuk memusnahkan bukti tragedi Hari Nakba.

Kantor Pusat Statistik Palestina dalam sebuah laporan menyatakan bahwa 100 ribu warga Palestina gugur syahid sejak tragedi Hari Nakba 1948 sampai sekarang.

 

Bom Meledak di Israel, Kerusuhan Menjalar

Media Barat mengabarkan terjadinya ledakan bom mobil di dekat kantor Kementerian Peperangan rezim Zionis Israel hari Sabtu (6/7/2019) sore. Stasiun televisi France 24 melaporkan, pada hari Sabtu (6/7) petang sebuah bom mobil meledak di dekat kantor Kementerian Peperangan rezim Zionis Israel di kota Tel Aviv. Hingga kini belum ada informasi lebih lanjut terkait insiden ledakan bom tersebut. 

Rezim Zionis Israel dilanda kerusuhan yang pecah pasca aksi protes warga Yahudi Ethiopia atas penembakan terhadap seorang remaja Yahudi Ethiopia oleh polisi Israel.

Fars News (4/7/2019) melaporkan, ribuan Yahudi Ethiopia, sejak hari Selasa (2/7) turun ke jalan memprotes tewasnya Solomon Tekah, 19 tahun yang ditembak mati oleh polisi Israel, Minggu (30/6) malam di daerah Kiryat Haim, Haifa.

Surat kabar Israel, Jerusalem Post menulis, polisi Israel menangkap sedikitnya 60 demonstran yang menutup jalan-jalan pada kerusuhan itu.

Sebagaimana dikabarkan media Israel, polisi yang menembak Solomon Tekah langsung ditangkap pasca kejadian, namun kemudian dibebaskan dan dinyatakan berstatus tahanan rumah.

Polisi Israel sendiri mengaku, Solomon Tekah tewas saat terlibat perkelahian dengan seorang remaja 13 tahun, akan tetapi saksi mata mengatakan, Tekah ditembak saat ia sama sekali tidak melakukan tindakan yang membahayakan siapapun.

Situs Times of Israel menyebut insiden penembakan itu menyulut kemarahan atas tindakan berbau rasis aparat kepolisian terhadap kelompok minoritas.

Aksi kerusuhan juga menyebabkan sejumlah kendaraan pemukim Zionis hangus dibakar massa dan sedikitnya 47 polisi Israel terluka.




/19