Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Selasa

30 April 2024

16.45.26
1455325

Jejak Nimbus, dalam Pemecatan Karyawan Google Pro-Palestina

Sekalipun Google, telah memecat sejumlah karyawannya, tapi orang-orang yang memprotes kejahatan Israel, di perusahaan ini tetap melanjutkan protes atas kontrak Google, dengan Israel, yang dikenal dengan Proyek Nimbus.

Para karyawan Google, yang memprotes Proyek Nimbus, mengatakan bahwa mereka tidak akan bekerja untuk pembunuhan massal atau genosida rakyat Palestina di Gaza. Sekitar satu bulan lalu Google, memecat salah satu pakar perangkat lunaknya karena mendukung Palestina. Karyawan ini di tengah berlangsungnya sebuah konferensi berteriak, "Saya menolak untuk membuat perangkat lunak yang memperkuat genosida." Juru bicara Google, terkait alasan dipecatnya karyawan ini, tanpa menyinggung kejadian sebenarnya yaitu pembunuhan massal rakyat Palestina, oleh Israel, mengatakan, "Orang ini dikeluarkan karena ikut campur dalam sebuah peristiwa resmi." Meski demikian, para karyawan Google, di kantor cabang-kantor cabang perusahaan itu di berbagai kota AS, seperti New York, Sunny Vale, dan California, melanjutkan protes atas kontrak perusahaan mereka dengan Israel, senilai 1,2 miliar dolar Amerika, yang dikenal dengan Proyek Nimbus. Google, sampai sekarang telah memecat lebih dari 50 karyawannya karena memprotes kejahatan Israel. Berdasarkan kontrak yang ditandatangani tahun 2021 lalu itu, Google diwajibkan mendukung peralatan militer Israel, dan menyediakan layanan-layanan super-komputer kepada Israel. Poin penting yang patut diperhatikan dalam Proyek Nimbus, adalah akses Israel, dan anasir-anasirnya di Google, terhadap sejumlah besar data, serta informasi pengguna di seluruh penjuru dunia. Dengan kata lain, Israel, melalui hubungan dekat dengan perusahaan-perusahaan internasional semacam Google, secara praktis dapat menemukan data-data makro perusahaan-perusahaan tersebut, dan menggunakannya untuk melakukan kejahatan, dan mata-mata, terutama terhadap rakyat Palestina. Sebelumnya, ketenangan kerja di Google, dan cara perusahaan itu memperlakukan karyawannya selalu menjadi buah bibir masyarakat dunia, tapi sekarang, dikarenakan Israel, Google, terlibat konflik dengan karyawan-karyawannya. Laporan media menyebutkan, total sembilan karyawan Google, di California, dan New York, ditangkap karena memprotes kerja sama perusahaan ini dengan Israel. Google, pertama menyebut pemecatan ini sebagai cuti administrasi, tapi beberapa lama kemudian mereka yang melakukan protes  menerima email pemecatan. Google mengklaim, sejumlah karyawan perusahaan ini yang melakukan protes, telah mengganggu pekerjaan karyawan lain, dan melanggar secara terang-terangan kebijakan Google. Oleh karena itu mereka harus dipecat.  Batas Kebebasan Sepertinya Israel, setelah selama bertahun-tahun merampas kebebasan rakyat Palestina, sekarang menerapkan langkah yang sama di negara-negara yang mendukung Palestina, dan mencegah kebebasan berpendapat di negara-negara yang mengklaimnya. Mungkin hari ketika patung Liberty, setinggi 93 meter sebagai simbol kebebasan yang dihadiahkan Prancis, ke AS, dan ditempatkan di lokasi dekat pantai New York, tidak pernah ada seorang pun yang mengira kebebasan berpendapat di AS, akan tumbang setelah 7 Oktober, dan setelah operasi Badai Al Aqsa. Setelah tanggal 7 Oktober, dan ketika Israel, mengalami krisis eksistensi akut lebih dari sebelumnya, negara-negara pendukung Israel, mengabaikan seluruh slogannya tentang kebebasan berpendapat, dan mengerahkan upaya maksimal untuk melawan para pendukung Palestina, dan penentang Israel. Saat ini perlawanan terhadap kebebasan berpendapat di AS, sampai pada sebuah titik yang selain pemerintah, dan aparat kepolisian, perusahaan-perusahaan besar di bidang teknologi juga melakukan hal yang sama. Akan tetapi Google, sebelum ini pernah memiliki rekam jejak kelam terkait kerja sama dengan para penjahat. Tahun 2018, Google, dan Departemen Pertahanan AS, Pentagon, menjalankan proyek bersama kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi serangan drone. Para aktivis hak asasi manusia pada tahun yang sama menegaskan bahwa teknologi tersebut pada hakikatnya digunakan pasukan Israel, untuk menyerang rakyat Palestina. Saat ini terkait dengan Proyek Nimbus, para pakar meyakini bahwa layanan-layanan Google, berada di tangan pasukan Israel, dan orang-orang Zionis, berusaha menciptakan logistik militer yang terbaik. Selain itu, Google, jika melanjutkan kontrak kerja sama dengan Israel, tidak lama lagi akan mengalami krisis karyawan. Karyawan perusahaan ini memakai slogan "Googlers Against Genocide", dalam aksi protesnya, dan ditulis di kaos mereka, serta plakat yang dibawa. Sejumlah banyak foto terkait slogan protes karyawan Google, ini sudah tersebar luas, dan kata terakhir yaitu Genocide, diberi warna sesuai logo Google. (HS)